Senin, 03 Juni 2013

Kawasan Puncak Kabupaten Bogor


 Puncak adalah nama sebuah daerah wisata pegunungan yang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur. Daerah ini sudah sangat terkenal baik bagi wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. 

Daerah ini dikenal sebagai tempat peristirahatan penduduk kota Jakarta dan sebagai daerah perkebunan teh yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda yang kini merupakan Perkebunan Teh milik PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas. 

Keindahan daerah ini memukau Presiden Soekarno, sehingga ia membangun sebuah restoran untuk menikmati keindahan alam Puncak, yang kemudian diberi nama Restoran Riung Gunung. Selain itu, terdapat juga tempat-tempat rekreasi dan agrowisata yang indah, antara lain Perkebunan Teh Gunung Mas dan Gantole (Paralayang). 

Di daerah Puncak juga terdapat berbagai tempat wisata menarik diantaranya Taman Safari, Kebun Bunga, dan terdapat sebuah Masjid yang indah dengan arsitektur yang khas dan sederhana yaitu Masjid Atta’awun. Di daerah ini juga terdapat banyak sekali villa-villa dan hotel yang dimiliki oleh warga sekitar untuk tempat beristirahatnya pengunjung.

Kecamatan yang termasuk wilayah Puncak
Puncak adalah wilayah yang luas di sekitar perbatasan Kabupaten Bogor dengan Kabupaten Cianjur. Adapun kecamatan yang termasuk pada wilayah tersebut adalah:
> Ciawi, terletak di barat wilayah puncak.
> Megamendung, Bogor
> Cijeruk, Bogor
> Cigombong, Bogor
> Sukaraja, terutama desa Gunung Geulis, Sukaraja, Bogor
> Cisarua, merupakan daerah yang paling banyak dikunjungi, karena kawasan wisatanya yang banyak seperti Taman Safari.
> Pacet, Cipanas, Kabupaten Cianjur, Taman bunga nusantara dan kebun raya cibodas terletak di sini.
> Sukamakmur, Bogor, terutama bagian selatan kecamatan ini. Salah satu kawasan wisatanya adalah Curug Arca.

Sumber : bogorkab.go.id

Masjid At Ta'awun

Puncak merupakan kawasan yang paling dikenal bagi wisatawan yang ingin berlibur di Bogor, sebagai salah satu kawasan wisata unggulan kapupaten Bogor , tentunya puncak sering menjadi target kunjungan di saat “weekend” atau musim luburan.

Salah satu tempat yang menjadi daya tarik pengunjung ke puncak adalah Masjid At-Ta’awun, karena letaknya sangat strategis untuk beristirahat dan beribadah disaat perjalanan, juga suasana pegunungan dengan air yang sangat dingin bisa memberikan nuansa khusyu dalam beribadah.

Diresmikan pada tahun 1997 oleh Gubenur Jawa Barat R Nuriana, keberadaannya Jalan Raya Puncak – Bogor Puncak, Cisarua Bogor, dikelilingi hamparan kebun teh menambah indah dan nyamannya berada di mesjid ini, udara sejuk dan pemandangan yang indah.

Sumber : bogorkab.go.id 

Minggu, 02 Juni 2013

SEJARAH ISTANA BOGOR

SEJARAH ISTANA BOGOR
Berawal dari keinginan orang - orang Belanda yang bekerja di Batavia ( kini Jakarta ) untuk mencari tempat peristirahatan. Karena mereka beranggapan bahwa kota Batavia terlalu panas dan ramai, sehingga mereka perlu mencari tempat - tempat yang berhawa sejuk di luar kota Batavia.
Gubernur Jendral Belanda bernama G.W. Baron van Imhoff, ikut melakukan pencarian itu dan berhasil menemukan sebuah tempat yang baik dan strategis di sebuah kampung yang bernama Kampong Baroe, pada tanggal 10 Agustus 1744.

Setahun kemudian, yaitu pada tahun 1745 Gubernur Jendral van Imhoff ( 1745 - 1750 ) memerintahkan pembangunan atas tempat pilihannya itu sebuah pesanggrahan yang diberi nama Buitenzorg, ( artinya bebas masalah / kesulitan ). Dia sendiri yang membuat sketsa bangunannya dengan mencontoh arsitektur Blenheim Palace, kediaman Duke of Malborough, dekat kota Oxford di Inggris. Proses pembangunan gedung itu dilanjutkan oleh Gubernur Jendral yang memerintah selanjutnya yaitu Gubernur Jendral Jacob Mossel yang masa dinasnya 1750 - 1761

Dalam perjalanan sejarahnya, bangunan ini sempat mengalami rusak berat sebagai akibat serangan rakyat Banten yang anti Kompeni, di bawah pimpinan Kiai Tapa dan Ratu Bagus Buang, yang disebut Perang Banten 1750 - 1754.

Pada masa Gubernur Jendral Willem Daendels ( 1808 - 1811 ), pesanggrahan tersebut diperluas dengan memberikan penambahan baik ke sebelah kiri gedung maupun sebelah kanannya. Gedung induknya dijadikan dua tingkat. Halamannya yang luas juga dipercantik dengan mendatangkan enam pasang rusa tutul dari perbatasan India dan Nepal.

Kemudian pada masa pemerintahan Gubernur Jendal Baron van der Capellen ( 1817 - 1826 ), dilakukan perubahan besar - besaran. Sebuah menara di tengah - tengah gedung induk didirikan sehingga istana semakin megah, Sedangkan lahan di sekeliling istana dijadikan Kebun Raya yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 18 Mei 1817.
Gedung ini kembali mengalami kerusakan berat, ketika terjadi gempa bumi yang pada tanggal 10 oktober 1834.

Pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Albertus Yacob Duijmayer van Twist ( 1851 - 1856 ), bangunan lama sisa gempa dirubuhkan sama sekali. Kemudian dengan mengambil arsitektur eropa Abad IX, bangunan baru satu tingkat didirikan. Perubahan lainnya adalah dengan menambah dua buah jembatan penghubung Gedung Induk dan Gedung Sayap Kanan serta Sayap Kiri yang dibuat dari kayu berbentuk lengkung. Bangunan istana baru terwujud secara utuh pada masa kekuasaan Gubernur Jendral Charles Ferdinand Pahud de Montager ( 1856 - 1861 ). Dan pada pemerintahan, selanjutnya tepatnya tahun 1870, Istana Buitenzorg ditetapkan sebagai kediaman resmi para Gubernur Jendral Belanda.

Akhir perang dunia II, Jepang menyerah kepada tentara Sekutu, kemudian Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Barisan Keamanan Rakyat ( BKR ) sempat menduduki Istana Buitenzorg untuk mengibarkan bendera merah putih. Istana Buitenzourg yang namanya kini menjadi Istana Kepresidenan Bogor diserahkan kembali kepada pemerintah republik ini pada akhir tahun 1949. Setelah masa kemerdekaan , Istana Kepresidenan Bogor mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia pada bulan Januari 1950.

Kepustakaan dan Benda Seni

Istana Kepresidenan Bogor mempunyai koleksi buku sebanyak 3.205 buah yang daftarnya tersedia di kepustakaan istana. Istana ini menyimpan banyak benda seni, baik yang berupa lukisan, patung, serta keramik dan benda seni lainnya. Hingga kini lukisan yang terdapat di istana ini adalah 448 buah, dimana judul/nama lukisan itu, pelukisnya, tahun dilukisnya, tersedia dalam bentuk daftar sehingga memudahkan siapa saja yang ingin memperoleh informasi tentang lukisan tersebut. Begitu pula halnya dengan patung dengan aneka bahan bakunya. Di istana ini terdapat patung sebanyak 216 buah.

Di samping lukisan dan patung, Istana Bogor juga mengoleksi keramik sebanyak 196 buah. Semua itu tersimpan di museum istana, di samping yang dipakai sebagai pemajang di setiap ruang/bangunan istana.

Sumber : Istana Kepresidenan RI, Sekretariat Presiden RI, 2004

KEMANG TANAMAN BUAH YANG MULAI LANGKA

KEMANG TANAMAN BUAH YANG MULAI LANGKA

Kemang (Mangifera kemanga) merupakan tanaman yang mulai langka di Indonesia. Padahal, konon dari nama pohon sejenis mangga ini nama daerah Kemang di Jakarta berasal. Pohon kemang yang mempunyai buah khas berbau harus menusuk dengan rasa yang masam manis ini juga telah ditetapkan sebagai FLORA INDENTITAS kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sayangnya, tumbuhan ini mulai langka dan sulit ditemukan.

Tanaman kemang yang makin langka ini sering kali dianggap sebagai spesies yang sama dengan binjai, namun sejumlah pakar memisahkannya dalam jenis yang berbeda. Flora identitas kabupaten Bogor ini mempunyai nama Indonesia, kemang. Di daerah Kalimantan Timur sering disebut sebagai palong sedangkan berdasarkan nama ilmiah, kemang dinamai Mangifera kemanga yang bersinonim dengan Mangifera polycarpa dan Mangifera caesia.


Ciri-ciri Kemang. Pohon kemang tingginya mampu mencapai 45 m dengan garis tengah batang mencapai 120 cm. Tajuk tumbuhan langka ini berbentuk menyerupai kubah dengan percabangan yang tidak terlalu rapat. Kulit batang kemang berlekah dan mengandung getah yang dapat menyebabkan iritasi.

Daun kemang berbentuk jorong sampai lanset. Daun-daunnya seringkali mengumpul di ujung-ujung percabangan. Tangkai daun agak duduk (bertangkai sangat pendek) pada ranting. Tepi daun tanaman yang langka ini terlihat menyempit di sekitar pangkal daunnya.

Perbungaan malai di ujung-ujung percabangan. Bunga kemang (Mangifera kemanga) berwarna merah muda pucat dan beraroma harum. Buah kemang , berbentuk bulat telur terbalik sampai lonjong dengan kulit buah tipis dan berwarna coklat kuning suram apabila masak. Daging buah kemang berwarna keputihan, lunak, berair dan berserat. Aroma buah kemang sangat khas dan tajam sedangkan rasa buahnya mulai asam sampai manis. Biji kemang jorong sampai lanset.

Musim berbunga pohon kemang dimulai bulan Oktober sampai Desember. Sedang musim berbuahnya terjadi pada musim penghujan yaitu mulai bulan November sampai Maret.

Habitat, Persebaran, dan Pembudidayaan. Pohon kemang umumnya tumbuh di dataran rendah di daerah tropika basah di bawah ketinggian 400 m dpl. walaupun dapat dijumpai juga hingga ketinggian 800 m dpl. Tanaman penghasil buah langka ini memerlukan persebaran curah hujan yang merata sepanjang tahun dan tumbuh baik di pinggiran sungai yang secara berkala tergenang air.

Pohon langka kemang ini tersebar secara alami di semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa terutama bagian barat. Di sekitar Kabupaten Bogor, tumbuhan ini banyak dibudidayakan sehingga tidak mengherankan jika kemudian berdasarkan SK Bupati Nomor 522/185/kpts/Huk/1996, kemang ditetapkan sebagai flora identitas kabupaten Bogor. Konon, nama daerah Kemang di Jakarta juga bermula dari banyak dijumpainya tumbuhan ini di daerah tersebut pada masa silam.

Kemang biasanya ditanam di pekarangan dan di kebun-kebun serta di pinggiran/bantaran sungai. Perbanyakan tanaman kemang tidak terlalu sulit, umumnya dengan cara mengecambahkan bijinya. Namun dimungkinkan juga dengan cara enten.

Pemanfaatan. Kemang banyak dimanfaatkan buahnya yang dimakan segar ketika buah telah masak. Buah langka ini juga dijadikan campuran dalam es buah atau digunakan juga sebagai bahan pembuatan sirup (sari buah).

Buah yang masih muda sering dimanfaatkan sebagai bahan rujak. Biji buah kemang juga sering dimakan dengan diiris-iris tipis dan setelah dibumbui dan ditambahi kecap. Sedangkan daun kemang yang masih muda sering dijumpai dipergunakan oleh masyarakat Sunda sebagai lalapan.

Mumpung tahun ini bertepatan dengan Tahun Internasional Biodiversitas dan peringatan Hari Internasuional untuk Keanekaragaman Hayati tidak ada salahnya jika kita menanam satu pohon kemang yang mulai langka ini untuk menyelamatkan kepunahan biodiversity kita.
  (Sumber Alamendah)

BEBELETOKAN / PEPELETOKAN

BEBELETOKAN / PEPELETOKAN

Bebeletokan adalah mainan yang menghasilkan suara tok yang dihasilkan dari bilah bambu kecil yang disumbat dan ditekan dari atas. Bebeletokan dimainkan tidak mengenal musim tetapi lebih dominan ketika kemarau tiba. Dibuat dari bambu, dengan batang keeilnya bagian ranting tetapi dipakai yang sudah tua dan kuat.  

Pembuatannya yaitu mula-mula mencari beberapa ranting bambu "awi tali" yang bersifat lentur, yang mempunyai diameter bambu 1-1,5 em dengan lubang 3-5 mm panjang yang dipakai adalah dari 20-30 em. Bambu tersebut harus lurus agar lebih awet karena tidak mudah patah. Biasanya mencari ruas yang agak panjang untuk dua bagian dari bebeletokan dengan bawah yang panjang 30 em untuk penampang dan yang bagian atas untuk pegangan yang di pakai sampai bagian "buku" batas ruas dari bambu itu.

Bagian pegangan pada lubangnya ditempatkan sebatang bambu dari bagian bambu besar yang diraut sampai bisa masuk bagian penampang bawah tadi dengan panjang disesuikan dengan panjang penambang tetapi dipotong pada ujung sepanjang 1 em. Setelah dimasukan pegangan dan penampang seolah bersatu kembali disatukan oleh bagian dalamnya. 

Cara memainkannya adalah dengan memasukan daun-daunan yang dihancurkan pada lubang dan ditekan dengan pegangan pada pemasukan kedua akibat tekanan dari atas, udara keluar dipaksa dan daun yang pertama dimasukan tadi akan keluar dengan mengeluarkan bunyi "tok". Pada masa sekarang mereka menggunakan kertas yang dikunyah sebagai penganti daun dan suara yang dihasilkan lebih keras.
 
Bentuk dari bebeletokan tersebut dibeberapa tempat lurus biasa tetapi sekarang pada pegangan ranting kecil atau dahan bambu dimanfaatkan untuk pegangan seperti pada pistol. Bentuk yang semula polos menjadi seperti sebuah senjata diduga adanya pengaruh dari keberadaan Kolonial yang memakai senjata. 

Karena diketahui dimasyarakat kasepuhan pegangannya masih polos artinya tidak seperti sebuah senjata. Warna dari mainan ini adalah sesuai dengan warna bambu yaitu hijau tetapi setelah lama dipakai dan bambu makin kering warna berubah menjadi coklat kekuningan . Semakin tua semakin kuat karena pada bambu yang agak muda bahkan akibat tekanan tersebut bambu akan menjadi belah.

                         




                                 Sumber : Bogor Heritage