Senin, 03 Juni 2013

Kawasan Puncak Kabupaten Bogor


 Puncak adalah nama sebuah daerah wisata pegunungan yang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur. Daerah ini sudah sangat terkenal baik bagi wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. 

Daerah ini dikenal sebagai tempat peristirahatan penduduk kota Jakarta dan sebagai daerah perkebunan teh yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda yang kini merupakan Perkebunan Teh milik PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas. 

Keindahan daerah ini memukau Presiden Soekarno, sehingga ia membangun sebuah restoran untuk menikmati keindahan alam Puncak, yang kemudian diberi nama Restoran Riung Gunung. Selain itu, terdapat juga tempat-tempat rekreasi dan agrowisata yang indah, antara lain Perkebunan Teh Gunung Mas dan Gantole (Paralayang). 

Di daerah Puncak juga terdapat berbagai tempat wisata menarik diantaranya Taman Safari, Kebun Bunga, dan terdapat sebuah Masjid yang indah dengan arsitektur yang khas dan sederhana yaitu Masjid Atta’awun. Di daerah ini juga terdapat banyak sekali villa-villa dan hotel yang dimiliki oleh warga sekitar untuk tempat beristirahatnya pengunjung.

Kecamatan yang termasuk wilayah Puncak
Puncak adalah wilayah yang luas di sekitar perbatasan Kabupaten Bogor dengan Kabupaten Cianjur. Adapun kecamatan yang termasuk pada wilayah tersebut adalah:
> Ciawi, terletak di barat wilayah puncak.
> Megamendung, Bogor
> Cijeruk, Bogor
> Cigombong, Bogor
> Sukaraja, terutama desa Gunung Geulis, Sukaraja, Bogor
> Cisarua, merupakan daerah yang paling banyak dikunjungi, karena kawasan wisatanya yang banyak seperti Taman Safari.
> Pacet, Cipanas, Kabupaten Cianjur, Taman bunga nusantara dan kebun raya cibodas terletak di sini.
> Sukamakmur, Bogor, terutama bagian selatan kecamatan ini. Salah satu kawasan wisatanya adalah Curug Arca.

Sumber : bogorkab.go.id

Masjid At Ta'awun

Puncak merupakan kawasan yang paling dikenal bagi wisatawan yang ingin berlibur di Bogor, sebagai salah satu kawasan wisata unggulan kapupaten Bogor , tentunya puncak sering menjadi target kunjungan di saat “weekend” atau musim luburan.

Salah satu tempat yang menjadi daya tarik pengunjung ke puncak adalah Masjid At-Ta’awun, karena letaknya sangat strategis untuk beristirahat dan beribadah disaat perjalanan, juga suasana pegunungan dengan air yang sangat dingin bisa memberikan nuansa khusyu dalam beribadah.

Diresmikan pada tahun 1997 oleh Gubenur Jawa Barat R Nuriana, keberadaannya Jalan Raya Puncak – Bogor Puncak, Cisarua Bogor, dikelilingi hamparan kebun teh menambah indah dan nyamannya berada di mesjid ini, udara sejuk dan pemandangan yang indah.

Sumber : bogorkab.go.id 

Minggu, 02 Juni 2013

SEJARAH ISTANA BOGOR

SEJARAH ISTANA BOGOR
Berawal dari keinginan orang - orang Belanda yang bekerja di Batavia ( kini Jakarta ) untuk mencari tempat peristirahatan. Karena mereka beranggapan bahwa kota Batavia terlalu panas dan ramai, sehingga mereka perlu mencari tempat - tempat yang berhawa sejuk di luar kota Batavia.
Gubernur Jendral Belanda bernama G.W. Baron van Imhoff, ikut melakukan pencarian itu dan berhasil menemukan sebuah tempat yang baik dan strategis di sebuah kampung yang bernama Kampong Baroe, pada tanggal 10 Agustus 1744.

Setahun kemudian, yaitu pada tahun 1745 Gubernur Jendral van Imhoff ( 1745 - 1750 ) memerintahkan pembangunan atas tempat pilihannya itu sebuah pesanggrahan yang diberi nama Buitenzorg, ( artinya bebas masalah / kesulitan ). Dia sendiri yang membuat sketsa bangunannya dengan mencontoh arsitektur Blenheim Palace, kediaman Duke of Malborough, dekat kota Oxford di Inggris. Proses pembangunan gedung itu dilanjutkan oleh Gubernur Jendral yang memerintah selanjutnya yaitu Gubernur Jendral Jacob Mossel yang masa dinasnya 1750 - 1761

Dalam perjalanan sejarahnya, bangunan ini sempat mengalami rusak berat sebagai akibat serangan rakyat Banten yang anti Kompeni, di bawah pimpinan Kiai Tapa dan Ratu Bagus Buang, yang disebut Perang Banten 1750 - 1754.

Pada masa Gubernur Jendral Willem Daendels ( 1808 - 1811 ), pesanggrahan tersebut diperluas dengan memberikan penambahan baik ke sebelah kiri gedung maupun sebelah kanannya. Gedung induknya dijadikan dua tingkat. Halamannya yang luas juga dipercantik dengan mendatangkan enam pasang rusa tutul dari perbatasan India dan Nepal.

Kemudian pada masa pemerintahan Gubernur Jendal Baron van der Capellen ( 1817 - 1826 ), dilakukan perubahan besar - besaran. Sebuah menara di tengah - tengah gedung induk didirikan sehingga istana semakin megah, Sedangkan lahan di sekeliling istana dijadikan Kebun Raya yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 18 Mei 1817.
Gedung ini kembali mengalami kerusakan berat, ketika terjadi gempa bumi yang pada tanggal 10 oktober 1834.

Pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Albertus Yacob Duijmayer van Twist ( 1851 - 1856 ), bangunan lama sisa gempa dirubuhkan sama sekali. Kemudian dengan mengambil arsitektur eropa Abad IX, bangunan baru satu tingkat didirikan. Perubahan lainnya adalah dengan menambah dua buah jembatan penghubung Gedung Induk dan Gedung Sayap Kanan serta Sayap Kiri yang dibuat dari kayu berbentuk lengkung. Bangunan istana baru terwujud secara utuh pada masa kekuasaan Gubernur Jendral Charles Ferdinand Pahud de Montager ( 1856 - 1861 ). Dan pada pemerintahan, selanjutnya tepatnya tahun 1870, Istana Buitenzorg ditetapkan sebagai kediaman resmi para Gubernur Jendral Belanda.

Akhir perang dunia II, Jepang menyerah kepada tentara Sekutu, kemudian Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Barisan Keamanan Rakyat ( BKR ) sempat menduduki Istana Buitenzorg untuk mengibarkan bendera merah putih. Istana Buitenzourg yang namanya kini menjadi Istana Kepresidenan Bogor diserahkan kembali kepada pemerintah republik ini pada akhir tahun 1949. Setelah masa kemerdekaan , Istana Kepresidenan Bogor mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia pada bulan Januari 1950.

Kepustakaan dan Benda Seni

Istana Kepresidenan Bogor mempunyai koleksi buku sebanyak 3.205 buah yang daftarnya tersedia di kepustakaan istana. Istana ini menyimpan banyak benda seni, baik yang berupa lukisan, patung, serta keramik dan benda seni lainnya. Hingga kini lukisan yang terdapat di istana ini adalah 448 buah, dimana judul/nama lukisan itu, pelukisnya, tahun dilukisnya, tersedia dalam bentuk daftar sehingga memudahkan siapa saja yang ingin memperoleh informasi tentang lukisan tersebut. Begitu pula halnya dengan patung dengan aneka bahan bakunya. Di istana ini terdapat patung sebanyak 216 buah.

Di samping lukisan dan patung, Istana Bogor juga mengoleksi keramik sebanyak 196 buah. Semua itu tersimpan di museum istana, di samping yang dipakai sebagai pemajang di setiap ruang/bangunan istana.

Sumber : Istana Kepresidenan RI, Sekretariat Presiden RI, 2004

KEMANG TANAMAN BUAH YANG MULAI LANGKA

KEMANG TANAMAN BUAH YANG MULAI LANGKA

Kemang (Mangifera kemanga) merupakan tanaman yang mulai langka di Indonesia. Padahal, konon dari nama pohon sejenis mangga ini nama daerah Kemang di Jakarta berasal. Pohon kemang yang mempunyai buah khas berbau harus menusuk dengan rasa yang masam manis ini juga telah ditetapkan sebagai FLORA INDENTITAS kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sayangnya, tumbuhan ini mulai langka dan sulit ditemukan.

Tanaman kemang yang makin langka ini sering kali dianggap sebagai spesies yang sama dengan binjai, namun sejumlah pakar memisahkannya dalam jenis yang berbeda. Flora identitas kabupaten Bogor ini mempunyai nama Indonesia, kemang. Di daerah Kalimantan Timur sering disebut sebagai palong sedangkan berdasarkan nama ilmiah, kemang dinamai Mangifera kemanga yang bersinonim dengan Mangifera polycarpa dan Mangifera caesia.


Ciri-ciri Kemang. Pohon kemang tingginya mampu mencapai 45 m dengan garis tengah batang mencapai 120 cm. Tajuk tumbuhan langka ini berbentuk menyerupai kubah dengan percabangan yang tidak terlalu rapat. Kulit batang kemang berlekah dan mengandung getah yang dapat menyebabkan iritasi.

Daun kemang berbentuk jorong sampai lanset. Daun-daunnya seringkali mengumpul di ujung-ujung percabangan. Tangkai daun agak duduk (bertangkai sangat pendek) pada ranting. Tepi daun tanaman yang langka ini terlihat menyempit di sekitar pangkal daunnya.

Perbungaan malai di ujung-ujung percabangan. Bunga kemang (Mangifera kemanga) berwarna merah muda pucat dan beraroma harum. Buah kemang , berbentuk bulat telur terbalik sampai lonjong dengan kulit buah tipis dan berwarna coklat kuning suram apabila masak. Daging buah kemang berwarna keputihan, lunak, berair dan berserat. Aroma buah kemang sangat khas dan tajam sedangkan rasa buahnya mulai asam sampai manis. Biji kemang jorong sampai lanset.

Musim berbunga pohon kemang dimulai bulan Oktober sampai Desember. Sedang musim berbuahnya terjadi pada musim penghujan yaitu mulai bulan November sampai Maret.

Habitat, Persebaran, dan Pembudidayaan. Pohon kemang umumnya tumbuh di dataran rendah di daerah tropika basah di bawah ketinggian 400 m dpl. walaupun dapat dijumpai juga hingga ketinggian 800 m dpl. Tanaman penghasil buah langka ini memerlukan persebaran curah hujan yang merata sepanjang tahun dan tumbuh baik di pinggiran sungai yang secara berkala tergenang air.

Pohon langka kemang ini tersebar secara alami di semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa terutama bagian barat. Di sekitar Kabupaten Bogor, tumbuhan ini banyak dibudidayakan sehingga tidak mengherankan jika kemudian berdasarkan SK Bupati Nomor 522/185/kpts/Huk/1996, kemang ditetapkan sebagai flora identitas kabupaten Bogor. Konon, nama daerah Kemang di Jakarta juga bermula dari banyak dijumpainya tumbuhan ini di daerah tersebut pada masa silam.

Kemang biasanya ditanam di pekarangan dan di kebun-kebun serta di pinggiran/bantaran sungai. Perbanyakan tanaman kemang tidak terlalu sulit, umumnya dengan cara mengecambahkan bijinya. Namun dimungkinkan juga dengan cara enten.

Pemanfaatan. Kemang banyak dimanfaatkan buahnya yang dimakan segar ketika buah telah masak. Buah langka ini juga dijadikan campuran dalam es buah atau digunakan juga sebagai bahan pembuatan sirup (sari buah).

Buah yang masih muda sering dimanfaatkan sebagai bahan rujak. Biji buah kemang juga sering dimakan dengan diiris-iris tipis dan setelah dibumbui dan ditambahi kecap. Sedangkan daun kemang yang masih muda sering dijumpai dipergunakan oleh masyarakat Sunda sebagai lalapan.

Mumpung tahun ini bertepatan dengan Tahun Internasional Biodiversitas dan peringatan Hari Internasuional untuk Keanekaragaman Hayati tidak ada salahnya jika kita menanam satu pohon kemang yang mulai langka ini untuk menyelamatkan kepunahan biodiversity kita.
  (Sumber Alamendah)

BEBELETOKAN / PEPELETOKAN

BEBELETOKAN / PEPELETOKAN

Bebeletokan adalah mainan yang menghasilkan suara tok yang dihasilkan dari bilah bambu kecil yang disumbat dan ditekan dari atas. Bebeletokan dimainkan tidak mengenal musim tetapi lebih dominan ketika kemarau tiba. Dibuat dari bambu, dengan batang keeilnya bagian ranting tetapi dipakai yang sudah tua dan kuat.  

Pembuatannya yaitu mula-mula mencari beberapa ranting bambu "awi tali" yang bersifat lentur, yang mempunyai diameter bambu 1-1,5 em dengan lubang 3-5 mm panjang yang dipakai adalah dari 20-30 em. Bambu tersebut harus lurus agar lebih awet karena tidak mudah patah. Biasanya mencari ruas yang agak panjang untuk dua bagian dari bebeletokan dengan bawah yang panjang 30 em untuk penampang dan yang bagian atas untuk pegangan yang di pakai sampai bagian "buku" batas ruas dari bambu itu.

Bagian pegangan pada lubangnya ditempatkan sebatang bambu dari bagian bambu besar yang diraut sampai bisa masuk bagian penampang bawah tadi dengan panjang disesuikan dengan panjang penambang tetapi dipotong pada ujung sepanjang 1 em. Setelah dimasukan pegangan dan penampang seolah bersatu kembali disatukan oleh bagian dalamnya. 

Cara memainkannya adalah dengan memasukan daun-daunan yang dihancurkan pada lubang dan ditekan dengan pegangan pada pemasukan kedua akibat tekanan dari atas, udara keluar dipaksa dan daun yang pertama dimasukan tadi akan keluar dengan mengeluarkan bunyi "tok". Pada masa sekarang mereka menggunakan kertas yang dikunyah sebagai penganti daun dan suara yang dihasilkan lebih keras.
 
Bentuk dari bebeletokan tersebut dibeberapa tempat lurus biasa tetapi sekarang pada pegangan ranting kecil atau dahan bambu dimanfaatkan untuk pegangan seperti pada pistol. Bentuk yang semula polos menjadi seperti sebuah senjata diduga adanya pengaruh dari keberadaan Kolonial yang memakai senjata. 

Karena diketahui dimasyarakat kasepuhan pegangannya masih polos artinya tidak seperti sebuah senjata. Warna dari mainan ini adalah sesuai dengan warna bambu yaitu hijau tetapi setelah lama dipakai dan bambu makin kering warna berubah menjadi coklat kekuningan . Semakin tua semakin kuat karena pada bambu yang agak muda bahkan akibat tekanan tersebut bambu akan menjadi belah.

                         




                                 Sumber : Bogor Heritage

Selasa, 28 Mei 2013

Pilwakot, Pemilih Dapat Gunakan Hak Suara Di TPS Manapun

Pilwakot, Pemilih Dapat Gunakan Hak Suara Di TPS Manapun

Bogorplus.com - Pada Pemilihan Walikota Bogor (Pilwalkot) nanti. Bagi yang bertugas atau yang memiliki kesibukan sehingga tidak dapat memilih di Tempat Pemunggutan Suara (TPS) yang tertera di undangan melakukan pencoblosan (Formulir C6) dapat melakukan pencoblosan di TPS terdekat manapun dengan menyertakan formulir C6 yang disertai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Hal ini diungkapkan Divisi Teknis KPU Kota Bogor, Undang Suryatna kepada bogorplus.com, saat ditemui di sekratariat KPU Kota Bogor, Jalan Gunung Gede I, Kota Bogor, pada Selasa (28/5/13).

Undang menambahkan, hal ini dilakukan untuk mengakomodir pemilih yang memiliki kegiatan berpindah-pindah tempat, seperti petugas rumah sakit, wartawan dan lainnya. Ataupun pemilih yang pada hari H tidak bisa melaksanakan pencoblosan di TPS yang sudah ditunjuk.

"Pemilih dapat melaksanakan pencoblosan dimanapun dengan membawa persyaratan formulir C6 dan KTP dan sesuai dengan data yang tertera di C6 tersebut," terangnya.

Kegiatan pencoblosan tersebut dapat dilakukan satu jam sebelum pencoblosan berakhir pada pukul 13.00 WIB.

Selain itu, pindah TPS ini pun menurut Undang adalah salah satu langkah untuk meminimalisir angka golongan putih (Golput ) dan juga untuk memfasilitasi hak pemilih memberikan suara.

Oleh: Amir dan Haris

Sumber : bogorplus.com

Bogor Bertekad Pertahankan Kota Terbaik Tertib Ukuran Timbangan

Bogor Bertekad Pertahankan Kota Terbaik Tertib Ukuran Timbangan

Bogor - Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, Jawa Barat, menyatakan, Kota Bogor merupakan kota terbaik nasional untuk kategori tertib ukuran atau timbangan.

"Penghargaan ini kita peroleh pada tahun 2012 lalu, Kota Bogor menjadi salah satu kota terbaik di tingkat nasional sebagai kota tertib ukuran timbangan," ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, Bambang Budianto, di Bogor, Sabtu (18/5).

Bambang menjelaskan, predikat tersebut diperoleh melalui proses penilaian yang dilakukan di tiga pasar di Kota Bogor. "Ada tiga pasar yang dinilai saat itu, Pasar Bogor, Pasar Sukasari, dan Pasar Kebon Kembang," ujarnya.

Untuk mempertahankan prestasi tersebut, lanjut Bambang, Pemerintah Kota Bogor melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan secara rutin melakukan pengawasan dan pengecekan timbangan para pedagang di sejumlah pasar.

"Tahun ini pengecekan kembali kita lakukan, pengecekan pertama dilakukan di Pasar Bogor, hasilnya positif," kata Bambang.

Bambang menyebutkan, setiap pedagang diwajibkan menera uang timbangan setiap tahunnya. Setiap timbangan yang ditera akan diberi label sebagai tanda telah ditera.

"Dengan label ini kita bisa mengontrol timbangan para pedagang apakah sudah ditera atau belum, karena dilabel ada tanggal waktu peneraan dilakukan," ujarnya.

Bambang menambahkan, sejauh ini ditemukan adanya penyalahgunaan timbangan oleh pedagang di sejumlah pasar di Bogor.

"Paling ada juga timbangannya kelebihan berat, jarang ada yang kurang. Biasanya kita akan perbaiki untuk mengepaskan timbangan agar pedagang juga tidak dirugikan karena ketidaktahuannya," kata Bambang.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Bogor, Aim Halim Hermana, mengapresiasi prestasi yang diraih Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam menjaga kejujuran timbangan pedagang di pasar. "Hasil laporan petugas tidak ditemukan kecurangan oleh para pedagang. Yang ada justru ada kelebihan timbangan," kata Aim.

Aim menghimbau para pedagang untuk mengedepankan sikap jujur sesuai dengan ajaran agama yang mengharuskan seorang pedagang bersikap jujur dalam berniaga.

"Diharapkan para pedagang untuk bersikap jujur, tidak berani mengurangi takaran atau timbangan demi meraup keungtungan. Kalaupun ada takaran timbangan yang rusak agar diperbaiki atau diganti," ujarnya.

Penulis: /WBP

Sumber: Antara / BeritaSatu.com

 

Resep Istimewa : Segarnya Laksa Bogor

Resep Istimewa : Segarnya Laksa Bogor

Laksa Bogor
Resep masakan ini dikutip dari 30 Ikon Kuliner Tradisional Indonesia yang belum lama ini di terbitkan oleh pihak Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemparekraf).

Perilisan menu tersebut dinyatakan memiliki tujuan agar masyarakat lebih mengenal kekayaan cita rasa kuliner yang dimiliki oleh setiap daerah yang ada di Indonesia.

Bahan Pembuatan:                                           
800 gr ayam
250 gr udang                                                                         
225 gr bihun
175 gr taoge
100 gr daun kemangi
3 sdm bawang goreng
3 sdm minyak
2 sdm kelapa parut
2 batang serai
4 lembar daun salam
3 butir telur rebus
15 buah cabai rawit
2 buah jeruk nipis
1500 cc santan kelapa tua

Bumbu Halus:
3 siung bawang putih
9 siung bawang merah
1 sdm ketumbar
2 sdt garam
2 sdt lengkuas
2 cm kunyit
3 butir kemiri
1/2 sdt gula pasir

Cara Pembuatan:
Rebus ayam dengan 1.000 cc air sampai empuk, angkat, sisakan kaldunya lebih kurang 500 cc. Daging ayam kemudian disuwir-suwir, sisihkan.

Tumis bumbu halus, serai dan daun salam sampai bumbu matang dan harum. Masukkan udang, santan dan kelapa tumbuk. Didihkan sambil sekali-kali diaduk agar santan tidak pecah.

Penyajian: atur dalam wadah bihun, taoge, ayam suwir dan potongan telur. Tuang kuah panas, taburi bawang goreng, beri daun kemangi dan sambal cabai, serta potongan jeruk nipis bila suka.

Sambal: haluskan 6 buah cabai merah dan 8 buah cabai rawit rebus, tambah 1/4 sdt garam, rebus bersama sebagai sambal.


Penulis: Feriawan Hidayat/FER

Sumber:Budpar.go.id

Senin, 27 Mei 2013

Talas, Andalan Bogor

Talas, Andalan Bogor

Elvira Syamsir (Tulisan asli dalam Kulinologi Indonesia, 2012)

Umbi dari tanaman talas (Colocasia esculenta) seperti halnya umbi-umbian lainnya, merupakan sumber pangan pokok. Talas sudah lama dibudidayakan dan digunakan sebagai sumber pangan di Indonesia. Di daerah Bogor, talas bahkan menjadi komoditas andalan yang menjadi ciri khas kota hujan ini. Artikel berikut mencoba menjelaskan lebih jauh mengenai talas.

KARAKTERISTIK UMBI TALAS

Umbi talas dapat dijumpai dengan ukuran berat yang bervariasi mulai dari 95 gram sampai dengan 932 gram, dengan berat rata-rata sekitar 446 gram. Berat umbi biasanya semakin besar jika ukuran umbi semakin besar.  Ukuran bobot menjadi penting diperhatikan jika umbi akan diolah menjadi tepung karena akan mempengaruhi jumlah rendemen yang diperoleh.

Sebagian besar umbi talas memiliki kulit tipis dengan permukaan kulit yang berserabut. Bentuk umbi talas sangat beragam. Sebagian besar memiliki bentuk kerucut, silindris dan elips. Bentuk umbi akan mempengaruhi kemudahan dalam pengemasan/pengepakan umbi untuk kepentingan transportasi, maupun kemudahan dalam proses pengolahannya. Sebagai contoh, talas dengan bentuk yang tidak berlekuk lebih mudah dikupas dan menghasilkan jumlah rendemen hasil kupasan yang lebih tinggi dibandingkan umbi talas yang bentuknya tidak beraturan.

Umbi talas yang banyak dipasarkan adalah yang berwarna putih dan kuning. Walaupun demikian, beberapa varietas memiliki daging umbi berwarna oranye, merah muda dan merah. Sementara itu, serat daging umbi umumnya didominasi oleh warna kuning muda, kuning oranye dan coklat.

Beberapa jenis talas yang terdapat di daerah Bogor adalah talas sutera, talas bentul dan talas ketan. Talas sutera memiliki daun yang berwarna hijau muda dan dan berbulu halus seperti sutera. Umbinya kecoklatan dengan ukuran sedang sampai besar. Talas bentul memiliki umbi yang lebih besar berwarna lebih muda kekuning-kuningan dan warna batang yang lebih ungu dibanding talas sutera. Talas ketan warna pelepahnya hijau tua kemerahan. Di Bogor dikenal pula jenis talas mentega (talas gambir/talas hideung), karena batang dan daunnya berwarna unggu gelap.

KANDUNGAN NUTRISI TALAS

Umbi talas segar mengandung 63 – 85% air dengan 13 – 29% karbohidrat. Pati merupakan komponen karbohidrat utama di dalam umbi talas. Selain itu, umbi talas juga mengandung protein, sedikit lemak dan kaya kalsium, fosfor, besi, vitamin C, tiamin, riboflavin dan niasin (Tabel 1). 


Jika dihitung dari total padatannya, kadar protein umbi talas sekitar 7%. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan kadar protein (dihitung dari total padatan) umbi dari ubi kayu, ubi jalar maupun uwi. Protein lebih terkonsentrasi pada daging umbi dibagian luar daripada dibagian tengah. Karena itu, proses pengupasan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak banyak protein yang terbuang.

Dengan kadar air yang tinggi, maka seperti bahan pangan segar lainnya, umbi talas segar mudah rusak selama penyimpanan. Untuk mempermudah penggunaan dan memperpanjang umur simpannya, umbi talas diolah menjadi tepung talas atau diekstrak patinya sehingga diperoleh pati talas.

Dalam bentuk tepung, talas memiliki komposisi nutrisi yang lebih baik dibandingkan beras. Dari Tabel 2 terlihat bahwa kadar air yang relatif sama, tepung talas mengandung protein yang lebih tinggi dan dengan kadar lemak yang lebih rendah daripada beras. Kandungan serat talas juga cukup tinggi. Kehadiran serat ini sangat baik untuk menjaga kesehatan saluran cerna.

Granula dari pati talas berukuran kecil. Dari aspek daya cerna, pati dengan ukuran granula yang kecil lebih mudah dicerna sehingga dapat digunakan sebagai ingredien untuk makanan pengganti ASI (MP-ASI), untuk orang tua, maupun orang yang bermasalah dengan saluran cerna. Secara tradisional, masyarakat di kepulauan Pasifik dan Hawaii telah menggunakan talas sebagai ingredien untuk makanan bayi.

Talas memiliki banyak getah (gum). Keberadaan gum ini, dan kadar amilopektinnya yang lebih tinggi dari amilosa menyebabkan rasa dan tekstur talas menjadi lengket dan pulen.

MASALAH DALAM KONSUMSI TALAS DAN CARA MENGATASINYA

Masalah terbesar dalam pemanfaatan talas sebagai bahan pangan adalah timbulnya rasa gatal, sensasi terbakar dan iritasi pada kulit, mulut, tenggorokan dan saluran cerna pada saat dikonsumsi. Masalah ini disebabkan oleh kalsium oksalat yang ada di dalam talas. Kalsium oksalat berbentuk kristal yang menyerupai jarum. Selain kalsium oksalat, talas juga mengandung asam oksalat yang dapat membentuk kompleks dengan kalsium. Keberadaan asam oksalat diduga dapat mengganggu penyerapan kalsium. Asam oksalat bersifat larut dalam air, sementara kalsium oksalat tidak larut air tetapi larut dalam asam kuat.

Oksalat tidak tersebar secara merata di dalam umbi talas. Bagian pangkal umbi biasanya memiliki kadar oksalat lebih tinggi daripada bagian ujung. Kadar oksalat juga bervariasi antar varietas. Pada penelitian yang mengamati kadar oksalat dari beberapa varietas talas Indonesia (talas mentega, talas hijau, talas Bogor, talas beneng dari Banten, talas semir dari Sumedang, talas seler dari Ciamis dan talas Kalbar) dilaporkan bahwa talas Kalbar memiliki kadar oksalat terendah. Pada varietas yang sama, perbedaan kadar oksalat juga bisa terjadi jika tanaman ditanam pada kondisi lingkungan yang berbeda.

Agar aman dikonsumsi, maka oksalat didalam talas harus dibuang. Proses perebusan dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah oksalat terlarut jika air rebusan dibuang, karena senyawa ini terlarut ke dalam perebus. Selain itu, perendaman dalam air hangat, perkecambahan dan fermentasi juga dapat dilakukan untuk menurunkan kadar oksalat terlarut.

Proses pemanggangan (baking) bukan merupakan teknik yang cocok untuk menurunkan kadar oksalat. Penurunan kadar air selama proses pemanggangan justru akan mengakumulasi oksalat didalam umbi.

Proses yang dijelaskan diatas, walaupun efektif untuk menghilangkan asam oksalat, tidak bisa menghilangkan kalsium oksalat yang tidak larut air. Kalsium oksalat pertama-tama harus diubah menjadi bentuk yang larut air sehingga dapat dibuang melalui perebusan atau perendaman dalam air hangat.

Dua cara yang dapat dilakukan untuk mengubah kalsium oksalat menjadi bentuk yang larut air adalah dengan perendaman irisan talas dalam larutan asam kuat (asam klorida, HCl 0,3M) selama 5 menit atau perendaman didalam larutan garam NaCl 7.5% selama 1 jam. Perendaman dalam HCl akan mendekomposisi kalsium oksalat menjadi asam oksalat. Sementara perendaman dalam garam NaCl akan membentuk garam natrium oksalat yang larut air.

PEMANFAATAN TEPUNG TALAS

Di Indonesia, talas lebih banyak digunakan sebagai pangan kudapan (keripik, kolak, ubi goreng dan ubi rebus) atau tambahan sayur. Di negara-negara lain seperti di Jepang dan New Zealand, talas telah dimanfaatkan sebagai sebagai bahan baku produk berbasis karbohidrat seperti roti, kue-kue, makanan bayi atau produk-produk ekstrusi. Hal ini disebabkan karena talas memiliki sifat-sifat fungsional pendukung keberhasilan aplikasinya pada suatu produk pangan.

Penelitian menunjukkan bahwa tepung talas berpotensi untuk digunakan sebagai ingredien untuk pembuatan produk baru ataupun untuk mengganti tepung-tepung konvensional. Tepung, talas memiliki kapasitas absorpsi air yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pengental untuk soup ataupun produk olahan lainnya. Granula patinya yang tahan panas memungkinkan tepung talas digunakan sebagai pengental pada produk yang diolah pada suhu tinggi.

Tepung talas juga memiliki kapasitas absorpsi lemak yang tinggi. Dengan kapasitas absorpsi airnya yang juga tinggi, maka tepung ini sangat potensial digunakan untuk mempertahankan flavor, memperbaiki palatabilitas dan memperpanjang umur simpan produk olahan daging, maupun produk-produk lainnya seperti whipped toppings, sosis, chiffon, deserts, angel cake dan sponge cake.

Pasta tepung talas tidak mengalami peningkatan kekentalan selama proses pendinginan. Karakter ini memungkinkan aplikasi tepung talas pada produk-produk yang mensyaratkan stabilitas pasta selama penyimpanan produk di suhu dingin.


Sumber : ILMU PANGAN

Manfaat lebih dari Pala

Manfaat lebih dari Pala

Tanaman multiguna dan komoditas ekspor Indonesia nonmigas utama ini kaya akan vitamin C, kalsium, dan fosfor. Pala juga biasa digunakan sebagai obat diare, kembung, mual, serta untuk meningkatkan daya cerna dan selera makan.

Salah satu oleh-oleh khas yang wajib diburu kalau berlibur ke Bogor dan Cianjur adalah manisan buah. Buah yang banyak diolah menjadi manisan adalah pala, mangga, kedondong, pepaya, kemang, kebembem, dan jambu biji.

Di Bogor, yang merupakan salah satu sentra produksi pala, manisan pala paling populer. Konon, manisan pala telah dikenal di Bogor sejak zaman Belanda, yaitu ketika petinggi-petinggi VOC banyak berdiam di kota hujan tersebut.

Ada dua jenis manisan pala, yaitu manisan pala basah dan manisan pala kering. Selain sebagai manisan, daging buah pala juga dapat diolah menjadi jeli, sirop, dodol, chutney, selai, sari buah, wine, dan cider pala.
Bagian buah pala yang paling tinggi nilai ekonominya adalah biji dan fuli. Biji umumnya digunakan pada makanan manis dan kaya rempah, seperti produk roti, dan juga sebagai bumbu dalam masakan daging serta produk minuman dan dessert. Sementara itu, fuli digunakan sebagai bahan flavor pada produk roti, seperti cake, cookies, pie, dan topping, juga sebagai bumbu pada masakan laut, pikel, dan minuman.

Populer Sejak Baheula
Tanaman pala termasuk dalam kelas Angiosperma, subkelas Dicotyledonae, ordo Ranales, family Myristiceae dan Myristica, terdiri dari 15 genus dan 250 species. Dari 15 genus tersebut, 5 di antaranya terdapat di daerah tropis Amerika, 6 di daerah tropis Afrika, dan 4 genus di daerah tropis Asia, termasuk Indonesia.

Tanaman pala (Myristica fragrans) merupakan salah satu tanaman rempah-rempah asli Indonesia yang daerah produksinya tersebar dari Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Aceh, dan Papua. Pada awal masa perdagangan (VOC), pala merupakan rempah-rempah yang dicari layaknya emas.
Hingga kini, peran pala sebagai mata dagang tradisional Indonesia di dunia masih sangat besar. Indonesia merupakan produsen utama pala dengan memasok sekitar 74 persen dari kebutuhan pala dunia (Puslitbangtri, 1990).

Pada zaman penjajahan Belanda, tanaman pala disebarkan ke berbagai pelosok daerah di Indonesia. Oleh karena itu, pala memiliki beberapa nama khas daerah, seperti falo (Nias), palo (Minangkabau), pahalo (Lampung), pala (Sunda), paala bibinek (Madura), kalapelane (Seram), parang (Minahasa), dan gosoka (Halmahera, Tidore, dan Ternate).

Tanaman pala merupakan tanaman multiguna karena setiap bagiannya dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri. Biji, fuli, dan minyak atsiri dari pala merupakan yang paling banyak dieskpor, serta digunakan dalam industri makanan dan minuman. Minyak yang berasal dari biji, fuli, dan daun digunakan dalam industri obat-obatan, parfum, dan kosmetik.

Dalam industri obat-obatan, buah pala memiliki beragam khasiat yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Dalam dosis rendah, pala dapat digunakan untuk mengurangi flatulensi (kembung perut), meningkatkan daya cerna dan selera makan, serta untuk mengobati diare, muntah, dan mual (Chevallier, 2001).
Komponen myristicin yang terkandung dalam daging buah memiliki kemampuan sebagai agen insektisidal dan dianggap berkontribusi terhadap sifat halusinogen yang dapat menyebabkan halusinasi (Dorsey, 2001).

Di beberapa daerah, daging buah pala dibuang sebagai limbah setelah diambil biji dan fulinya. Hal tersebut patut disayangkan karena daging buah pala merupakan komponen terbesar dari buah pala segar (83,3 persen), dibanding fuli (3,22 persen), tempurung biji (3,94 persen), dan daging biji (9,54 persen).
Pemanfaatan buah pala secara optimal akan dapat meningkatkan pendapatan petani. Sebab, dengan pengembangan produk olahan strategis yang memanfaatkan limbah daging buah pala, bisa memberikan keuntungan ganda.

Kaya Komponen Volatil
Tanaman pala dapat tumbuh baik pada tanah dengan struktur gembur dan penuh humus, derajat keasaman tanah 5,5-6,5, pada dataran rendah hingga ± 700 m dari permukaan laut, dengan curah hujan antara 2.000-3.000 mm/tahun. Tanaman pala merupakan tanaman berumah dua (deoceous) yang berarti bunga jantan dan betina tidak terletak pada satu pohon. Ada juga pohon yang berkelamin dua atau hemaphrodit, tetapi jarang sekali terjadi.

Tanaman pala mulai berbunga setelah berumur 6-10 tahun, tergantung dari keadaan tanah dan iklim. Bunganya berwarna pucat, kecil, lunak, dan berbau harum serta berbentuk malai. Malai bunga jantan terdiri dari 1-10 bunga dan malai bunga betina 1-3 bunga. Jangka waktu pertumbuhan buah dari mulai persarian hingga masak petik tidak lebih dari sembilan bulan (Rismunandar, 1990).

Tanaman pala dapat tumbuh dengan tinggi 10-20 meter, mahkota pohon yang bervariasi antara bentuk piramidal (kerucut), lonjong (silindris), dan bulat. Mulai berbuah setelah berumur 8-9 tahun, hasil maksimum pada umur 25 tahun dan dapat bertahan sampai umur 60 tahun.

Pohon pala yang telah berumur 10-12 tahun menghasilkan buah sekitar 800-2.000 buah per tahun dari 2-3 kali panen (Hadad, 2001). Buah pala berbentuk seperti buah pir, ujungnya meruncing, kulitnya licin, berdaging, dan cukup banyak mengandung air

Buah pala mempunyai daging buah keras, berwarna keputih-putihan, mengandung getah putih, dan rasanya kelat. Diameter buah pala bervarisi dari 3-9 cm. Bila buah telah masak di pohon, daging buah terbuka sehingga biji pala yang berwarna cokelat menjadi mudah terlihat.

Biji pala kaya akan lemak sehingga dapat diekstrak untuk menghasilkan minyak pala. Daging buah pala kaya kalsium, fosfor, vitamin C dan A, serta sedikit zat besi.   Daging buah pala mengandung 29 komponen volatil (senyawa yang mudah menguap) dengan 23 komponen telah teridentifikasi dan 6 komponen lain belum teridentifikasi. Komponen yang paling banyak terkandung dalam minyak atsiri daging buah pala adalah á-pinen (8,7 persen), â-pinen (6,92 persen), ?-3-karen (3,54 persen), D-limonen (8 persen), á-terpinen (3,69 persen), 1,3,8-mentatrien (5,43 persen), ã-terpinen (4,9 persen), á-terpineol (11,23 persen), safrol (2,95 persen), dan myristicin (23,37 persen) (Hustiany, 1994).

Prof. DR. Made Astawan

Sumber : www.kompas.com