Talas, Andalan Bogor
Elvira Syamsir (Tulisan asli dalam Kulinologi Indonesia, 2012)
Umbi dari tanaman talas (Colocasia
esculenta) seperti halnya umbi-umbian lainnya, merupakan sumber pangan
pokok. Talas sudah lama dibudidayakan dan digunakan sebagai sumber
pangan di Indonesia. Di daerah Bogor, talas bahkan menjadi komoditas
andalan yang menjadi ciri khas kota hujan ini. Artikel berikut mencoba
menjelaskan lebih jauh mengenai talas.
KARAKTERISTIK UMBI TALAS
Umbi talas dapat dijumpai dengan ukuran
berat yang bervariasi mulai dari 95 gram sampai dengan 932 gram, dengan
berat rata-rata sekitar 446 gram. Berat umbi biasanya semakin besar
jika ukuran umbi semakin besar. Ukuran bobot menjadi penting
diperhatikan jika umbi akan diolah menjadi tepung karena akan
mempengaruhi jumlah rendemen yang diperoleh.
Sebagian besar umbi talas memiliki kulit
tipis dengan permukaan kulit yang berserabut. Bentuk umbi talas sangat
beragam. Sebagian besar memiliki bentuk kerucut, silindris dan elips.
Bentuk umbi akan mempengaruhi kemudahan dalam pengemasan/pengepakan
umbi untuk kepentingan transportasi, maupun kemudahan dalam proses
pengolahannya. Sebagai contoh, talas dengan bentuk yang tidak berlekuk
lebih mudah dikupas dan menghasilkan jumlah rendemen hasil kupasan yang
lebih tinggi dibandingkan umbi talas yang bentuknya tidak beraturan.
Umbi talas yang banyak dipasarkan adalah
yang berwarna putih dan kuning. Walaupun demikian, beberapa varietas
memiliki daging umbi berwarna oranye, merah muda dan merah. Sementara
itu, serat daging umbi umumnya didominasi oleh warna kuning muda, kuning
oranye dan coklat.
Beberapa jenis talas yang terdapat di
daerah Bogor adalah talas sutera, talas bentul dan talas ketan. Talas
sutera memiliki daun yang berwarna hijau muda dan dan berbulu halus
seperti sutera. Umbinya kecoklatan dengan ukuran sedang sampai besar.
Talas bentul memiliki umbi yang lebih besar berwarna lebih muda
kekuning-kuningan dan warna batang yang lebih ungu dibanding talas
sutera. Talas ketan warna pelepahnya hijau tua kemerahan. Di Bogor
dikenal pula jenis talas mentega (talas gambir/talas hideung), karena
batang dan daunnya berwarna unggu gelap.
KANDUNGAN NUTRISI TALAS
Umbi talas segar mengandung 63 – 85% air
dengan 13 – 29% karbohidrat. Pati merupakan komponen karbohidrat utama
di dalam umbi talas. Selain itu, umbi talas juga mengandung protein,
sedikit lemak dan kaya kalsium, fosfor, besi, vitamin C, tiamin,
riboflavin dan niasin (Tabel 1).
Jika dihitung dari total padatannya,
kadar protein umbi talas sekitar 7%. Jumlah ini lebih tinggi
dibandingkan dengan kadar protein (dihitung dari total padatan) umbi
dari ubi kayu, ubi jalar maupun uwi. Protein lebih terkonsentrasi pada
daging umbi dibagian luar daripada dibagian tengah. Karena itu, proses
pengupasan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak banyak protein
yang terbuang.
Dengan kadar air yang tinggi, maka
seperti bahan pangan segar lainnya, umbi talas segar mudah rusak selama
penyimpanan. Untuk mempermudah penggunaan dan memperpanjang umur
simpannya, umbi talas diolah menjadi tepung talas atau diekstrak patinya
sehingga diperoleh pati talas.
Dalam bentuk tepung, talas memiliki
komposisi nutrisi yang lebih baik dibandingkan beras. Dari Tabel 2
terlihat bahwa kadar air yang relatif sama, tepung talas mengandung
protein yang lebih tinggi dan dengan kadar lemak yang lebih rendah
daripada beras. Kandungan serat talas juga cukup tinggi. Kehadiran
serat ini sangat baik untuk menjaga kesehatan saluran cerna.
Granula dari pati talas berukuran kecil.
Dari aspek daya cerna, pati dengan ukuran granula yang kecil lebih
mudah dicerna sehingga dapat digunakan sebagai ingredien untuk makanan
pengganti ASI (MP-ASI), untuk orang tua, maupun orang yang bermasalah
dengan saluran cerna. Secara tradisional, masyarakat di kepulauan
Pasifik dan Hawaii telah menggunakan talas sebagai ingredien untuk
makanan bayi.
Talas memiliki banyak getah (gum).
Keberadaan gum ini, dan kadar amilopektinnya yang lebih tinggi dari
amilosa menyebabkan rasa dan tekstur talas menjadi lengket dan pulen.
MASALAH DALAM KONSUMSI TALAS DAN CARA MENGATASINYA
Masalah terbesar dalam pemanfaatan talas
sebagai bahan pangan adalah timbulnya rasa gatal, sensasi terbakar dan
iritasi pada kulit, mulut, tenggorokan dan saluran cerna pada saat
dikonsumsi. Masalah ini disebabkan oleh kalsium oksalat yang ada di
dalam talas. Kalsium oksalat berbentuk kristal yang menyerupai jarum.
Selain kalsium oksalat, talas juga mengandung asam oksalat yang dapat
membentuk kompleks dengan kalsium. Keberadaan asam oksalat diduga dapat
mengganggu penyerapan kalsium. Asam oksalat bersifat larut dalam air,
sementara kalsium oksalat tidak larut air tetapi larut dalam asam kuat.
Oksalat tidak tersebar secara merata di
dalam umbi talas. Bagian pangkal umbi biasanya memiliki kadar oksalat
lebih tinggi daripada bagian ujung. Kadar oksalat juga bervariasi antar
varietas. Pada penelitian yang mengamati kadar oksalat dari beberapa
varietas talas Indonesia (talas mentega, talas hijau, talas Bogor,
talas beneng dari Banten, talas semir dari Sumedang, talas seler dari
Ciamis dan talas Kalbar) dilaporkan bahwa talas Kalbar memiliki kadar
oksalat terendah. Pada varietas yang sama, perbedaan kadar oksalat juga
bisa terjadi jika tanaman ditanam pada kondisi lingkungan yang berbeda.
Agar aman dikonsumsi, maka oksalat
didalam talas harus dibuang. Proses perebusan dapat dilakukan untuk
mengurangi jumlah oksalat terlarut jika air rebusan dibuang, karena
senyawa ini terlarut ke dalam perebus. Selain itu, perendaman dalam air
hangat, perkecambahan dan fermentasi juga dapat dilakukan untuk
menurunkan kadar oksalat terlarut.
Proses pemanggangan (baking) bukan
merupakan teknik yang cocok untuk menurunkan kadar oksalat. Penurunan
kadar air selama proses pemanggangan justru akan mengakumulasi oksalat
didalam umbi.
Proses yang dijelaskan diatas, walaupun
efektif untuk menghilangkan asam oksalat, tidak bisa menghilangkan
kalsium oksalat yang tidak larut air. Kalsium oksalat pertama-tama
harus diubah menjadi bentuk yang larut air sehingga dapat dibuang
melalui perebusan atau perendaman dalam air hangat.
Dua cara yang dapat dilakukan untuk
mengubah kalsium oksalat menjadi bentuk yang larut air adalah dengan
perendaman irisan talas dalam larutan asam kuat (asam klorida, HCl 0,3M)
selama 5 menit atau perendaman didalam larutan garam NaCl 7.5% selama 1
jam. Perendaman dalam HCl akan mendekomposisi kalsium oksalat menjadi
asam oksalat. Sementara perendaman dalam garam NaCl akan membentuk
garam natrium oksalat yang larut air.
PEMANFAATAN TEPUNG TALAS
Di Indonesia, talas lebih banyak
digunakan sebagai pangan kudapan (keripik, kolak, ubi goreng dan ubi
rebus) atau tambahan sayur. Di negara-negara lain seperti di Jepang dan
New Zealand, talas telah dimanfaatkan sebagai sebagai bahan baku produk
berbasis karbohidrat seperti roti, kue-kue, makanan bayi atau
produk-produk ekstrusi. Hal ini disebabkan karena talas memiliki
sifat-sifat fungsional pendukung keberhasilan aplikasinya pada suatu
produk pangan.
Penelitian menunjukkan bahwa tepung
talas berpotensi untuk digunakan sebagai ingredien untuk pembuatan
produk baru ataupun untuk mengganti tepung-tepung konvensional. Tepung,
talas memiliki kapasitas absorpsi air yang tinggi sehingga dapat
digunakan sebagai pengental untuk soup ataupun produk olahan lainnya.
Granula patinya yang tahan panas memungkinkan tepung talas digunakan
sebagai pengental pada produk yang diolah pada suhu tinggi.
Tepung talas juga memiliki kapasitas
absorpsi lemak yang tinggi. Dengan kapasitas absorpsi airnya yang juga
tinggi, maka tepung ini sangat potensial digunakan untuk mempertahankan
flavor, memperbaiki palatabilitas dan memperpanjang umur simpan produk
olahan daging, maupun produk-produk lainnya seperti whipped toppings,
sosis, chiffon, deserts, angel cake dan sponge cake.
Pasta tepung talas tidak mengalami
peningkatan kekentalan selama proses pendinginan. Karakter ini
memungkinkan aplikasi tepung talas pada produk-produk yang mensyaratkan
stabilitas pasta selama penyimpanan produk di suhu dingin.
Sumber : ILMU PANGAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar